Ketika Para Ibu Belajar Membaca dan Menulis
Oleh: Dini Qamatopa (Bengkulu)
Selasa, 07 2010 | 10:07:00 WIB
Suasana ramai terlihat di rumah sederhana Kelurahan Malabro, Kecamatan Teluk Selagra - Bengkulu. Minggu pagi, 5 September 2010, aroma khas pantai panjang jelas tercium. namun para ibu acuh dan terus menulis. Dengung suara mereka mengeja huruf demi huruf membuat semarak tersendiri dan menarik perhatian para pengguna jalan menoleh ingin tahu.
Keaksaraan Fungsional atau lebih dikenal dengan singkatan 'KF' adalah jenis home schooling yang di programkan oleh SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) untuk para ibu tuna aksara. Ketertarikan dan kepedulian Ibu Evi Syuryani akan banyaknya penderita tuna aksara di daerahnya - Malabro, membuat ibu muda ini mau menjalankan program tersebut di rumahnya. Tentu tak mudah untuk mengajak para ibu yang telah dewasa untuk kembali bersekolah.
"Di daerah sini banyak sekali ibu-ibu yang hanya mengenal huruf, namun tidak mampu merangkainya menjadi kata dan kalimat. Padahal anak-anak mereka bersekolah. Dengan adanya KF, sedikit demi sedikit mereka akan mengerti baca tulis. Nantinya hal tersebut akan dibutuhkan, apabila anak mereka sakit dan perlu menulis surat izin untuk sekolah atau ada undangan pemberitahuan dari sekolah. Saat sosialisasi, tetap saja banyak ibu-ibu yang berpikiran bahwa 'untuk apalagi belajar di umur segini? Toh kita juga tidak akan menjadi gubernur' namun ada juga yang berminat setelah diberi banyak penjelasan."
KF yang dikelola Ibu Evi telah berjalan selama tiga bulan. Melalui sosialisasi yang dilaksanakan Ibu Evi dari rumah ke rumah, akhirnya terkumpul sepuluh orang murid. Sebagian besar adalah ibu-ibu pedagang makanan keliling dan tetap memiliki kesibukan masing-masing. Karena itu jadwal untuk belajar tidak ditetapkan. Mereka sepakati bersama di waktu senggang. Pertemuan hari ini merupakan pertemuan ketiga di bulan ramadhan. Letih lapar berpuasa tak menghalangi semangat belajar mereka.
Dibantu Ibu Evi dan tiga tutor lainnya, para ibu di KF tak hanya diajari baca tulis, tapi juga keterampilan merangkai bunga, kerajinan tangan dan berbagai masakan dengan bahan dasar hewan laut. "Karena ini daerah pantai, tentu sebagian besar suami mereka adalah nelayan. Keterampilan seperti ini akan membantu jika sedang menghadapi musim paceklik."
Ibarat kata pepatah 'Belajar setelah dewasa, bagai mengukir di atas air', mengajar para ibu tentu juga bukan hal mudah. Para tutor cukup kewalahan dengan para ibu yang sudah tidak mudah lagi dalam menangkap pelajaran di usia mereka yang rata-rata sudah di atas kepala tiga ini. Ibu Indra Sudarmi salah satunya. Berumur 50 tahun, dan mengaku telah memiliki 7 cucu. Awalnya mengikuti kegiatan KF hanya karena tidak ada kerjaan di rumah. Namun lama-kelamaan belajar merupakan candu tersendiri untuknya.
"Para tutornya baik dan sabar mengajari kami. Juga banyak pelajaran seru seperti memanfaatkan kain lantung dan batik basurek. Meskipun untuk pelajaran baca tulis, kami memang sangat susah menangkap. Sampai sekarang kami belum juga lancar menulis. Kadang saat diberi PR, kami menyuruh anak kami mengerjakannya." aku Ibu Indra. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
yuk comment....
^-^
komentar anda lebih berharga daripada isi blog saya