Hati-hati, Jangan Tergiur Euforia Kelulusan
Oleh: Ria Febrina
Senin, 16 Mei 2011 | 14:05:00 WIB
Setelah deg-degan beberapa minggu, akhirnya nama-nama yang lulus pun diumumkan secara serentak di berbagai SMA/SMK/MA se-Indonesia pada hari ini. Seperti diberitakan di berbagai media massa, masih ada siswa yang dinyatakan tidak lulus.
Di antara yang lulus tersebut, masih ditemukan aksi corat-coret seragam sekolah. Sejak zaman dulu, corat-coret baju sudah menjadi 'ritual' di kalangan para siswa. Meski ada larangan dari pemerintah, mereka tetap ngotot mencorat-coret baju dengan menggunakan cat semprot, spidol, dan lainnya.
Di antara yang lulus tersebut, masih ditemukan aksi corat-coret seragam sekolah. Sejak zaman dulu, corat-coret baju sudah menjadi 'ritual' di kalangan para siswa. Meski ada larangan dari pemerintah, mereka tetap ngotot mencorat-coret baju dengan menggunakan cat semprot, spidol, dan lainnya.
Kelulusan ini dirayakan seperti sebuah euforia. Implementasinya yang dengan coret-coret baju seragam. Bahkan, ada juga yang merelakan wajah dan rambutnya dicorat-coret dengan cat semprot.
Meski bahagia, para siswa perlu waspada dengan euforia kelulusan ini. Sebab, setelah menerima kelulusan, status sudah berubah menjadi eks pelajar dan bisa juga disebut pengangguran. Hal ini dikarenakan tidak semua siswa SMA mempersiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Semestinya, setelah dinyatakan lulus, mereka harus mengambil sikap untuk mempersiapkan pendidikan selanjutnya. Apakah akan melanjutkan ke perguruan tinggi atau justru akan mencari pekerjaan.
Di samping itu, bahaya euforia kelulusan adalah munculnya perasaan sedih bagi siswa yang dinyatakan tidak lulus. Mereka terpaksa gigit jari karena tidak bisa melanjutkan cita-cita. Di saat seperti itulah, mereka membutuhkan teman-teman seperjuangan yang telah lulus. Tujuannya untuk memotivasi agar mereka kembali bangkit.
Secara psikologis, tenggang rasa ini penting dipahami oleh setiap siswa SMA, SMP, dan SD yang dinyatakan lulus. Bayangkan jika posisi yang sama terjadi pada diri sendiri. Oleh karena itu, jangan sampai teman-teman yang dinyatakan lulus pada hari ini merayakan kelulusan dengan euforia yang berlebihan. Apalagi sampai merugikan masyarakat sekitar, seperti mengendarai motor secara ugal-ugalan atau mengusili masyarakat sekitar.
Sikap yang bijaksana adalah dengan tidak mencorat-coret baju, kongkow-kongkow, atau memadati jalan raya, adalah wujud sebagai siswa yang baik.
Meski bahagia, para siswa perlu waspada dengan euforia kelulusan ini. Sebab, setelah menerima kelulusan, status sudah berubah menjadi eks pelajar dan bisa juga disebut pengangguran. Hal ini dikarenakan tidak semua siswa SMA mempersiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Semestinya, setelah dinyatakan lulus, mereka harus mengambil sikap untuk mempersiapkan pendidikan selanjutnya. Apakah akan melanjutkan ke perguruan tinggi atau justru akan mencari pekerjaan.
Di samping itu, bahaya euforia kelulusan adalah munculnya perasaan sedih bagi siswa yang dinyatakan tidak lulus. Mereka terpaksa gigit jari karena tidak bisa melanjutkan cita-cita. Di saat seperti itulah, mereka membutuhkan teman-teman seperjuangan yang telah lulus. Tujuannya untuk memotivasi agar mereka kembali bangkit.
Secara psikologis, tenggang rasa ini penting dipahami oleh setiap siswa SMA, SMP, dan SD yang dinyatakan lulus. Bayangkan jika posisi yang sama terjadi pada diri sendiri. Oleh karena itu, jangan sampai teman-teman yang dinyatakan lulus pada hari ini merayakan kelulusan dengan euforia yang berlebihan. Apalagi sampai merugikan masyarakat sekitar, seperti mengendarai motor secara ugal-ugalan atau mengusili masyarakat sekitar.
Sikap yang bijaksana adalah dengan tidak mencorat-coret baju, kongkow-kongkow, atau memadati jalan raya, adalah wujud sebagai siswa yang baik.
Mari rayakan kelulusan dengan sederhana! (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
yuk comment....
^-^
komentar anda lebih berharga daripada isi blog saya