pengunjung

free counters

Kamis, 05 Mei 2011

makalah psikologi pendidikan


BAB II
PEMBAHASAN
ANAK BERBAKAT

A.    Pengertian Bakat
Menurut William B. Michael (Sumadi Suryabrata, 199:168), bakat adalah an optitude may be defined as a person’s capacity, or hypothetical potentisl, for acquisition of certain more or less well defined pattern or behavior in the performance of a task respect to which the individual has llad little or no previous training.[1]
Bingham mendefinisikan bakat sebagai an optitude as a condition or set characteristic regarded as symptomatic of an individual’ ability to aquire which training some (usually specified) knowledge, skill, or set of responses such as the ability to speak a language,to produce music,etc.[2]
Bingham menitikberatkan pada kondisi atas perangkat sifat yang dianggap sebagai tanda kemampuan individu untuk menerima latihan atau seperangkat respons seperti kemampuan berbahasa, music dan sebagainya. Guilford mengemukakan bahwa bakat itu mencakup tiga dimensi psikologis, yaitu dimensi intelektual, dimensi perceptual, dimensi psikomotor.[3]
Bakat yang dimiliki setiap orang :
a.       Aptitude : berpotensi mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
b.      Superior  : berintelegensi cerdas.

c.       Very superior : cerdas luar biasa disebut juga talented child, yakni anak berbakat.[4]

B.     Anak –anak berbakat
Anak berbakat adalah mereka yang karena memiliki kemampuan yang unggul mampu memberi prestasi yang tinggi.[5]
Menurut definisi yang dikemukakan Renzuli, anak berbakat memiliki pengertian, "Anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan kreativitas yang tinggi. Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler (Swsing, 1985).[6]
Pengertian lain menyebutkan bahwa anak berbakat adalah anak yang mempunyai potensi unggul di atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak normal. Para ahli dalam bidang anak-anak berbakat memiliki pandangan sama bahwa keunggulan lebih bersifat bawaan dari pada manipulasi lingkungan sesudah anak dilahirkan.
Anak berbakat memiliki IQ 140 ke atas. Bakat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi anak pada bidang studi tertentu.

C.    Ciri-ciri Anak Berbakat
Anak yang berbakat ternyata dapat dilihat dari ciri-ciri kesehariannya. Memang tiap anak berbeda-beda dan mempunyai bakat dan daya tangkap yang berbeda pula. Berikut ini beberapa ciri-cirinya :


1.      Intelektual/Belajar
Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat), daya konsentrasi baik (perhatian tak mudah teralihkan).

2.      Kreativitas
Dorongan ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tak mudah terpengaruh orang lain.

3.      Motivasi
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tak berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin.  Senang dan rajin belajar serta penuh semangat dan cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu, tak mudah melepaskan hal yang diyakini itu).[7]

4.    Potensi
Beberapa hasil penelitian bahwa anak-anak berbakat memiliki potensi yang unggul. Potensi ini dapat disebabkan oleh factor keturunan, seperti studi yang dilakukan U. Branfenbenner (1972) dan Scarr Salaptec (1975) yang menyatakan secara tegas bahwa tidak ada keraguan bahwa factor genetika mempunyai andil besar terhadap mental seseorang (Kitano, 1986).
Menurut penelitian Terman (1925), pada saat anak dilahirkan, anak berbakat memiliki berat badan diatas berat badan normal. Dari segi fisik pada umumnya mereka memiliki keunggulan seperti terlihat dari koordinasi , daya tahan tubuh, dan kondisi kesehatan (French, 1959). Mereka juga sangat energik (Meyen, 1978) sehingga orang salah mendiagnosis mereka sebagai anak yang hiperaktif (Swassing, 1985).[8]

D.    Mengembangkan Kemampuan Anak Berbakat
Anak berbakat mempunyai metode pengajaran tertentu. Dan orangtua mempunyai peranan penting dalam mengembangkan bakat anak. Anak golongan ini lebih suka bereksplorasi. Maka sebaiknya anak diberikan kesempatan seluasnya untuk mengembangkan ide-ide mereka sehingga anak terangsang meningkatkan kreativitas dan daya imajinasinya. Kesempatan yang diberikan bisa berupa mengikutsertakan anak untuk mendalami bakatnya, misalnya les musik, melukis, sanggar sastra, menari, kemampuan berkomunikasi atau olahraga.
Selain itu, sebaiknya guru menaikkan tingkatan kelasnya ke tingkatan yang lebih tinggi, jika si anak masih merasa mudah maka dinaikkan lagi ke tingkat yang lebih tinggi, begitu seterusnya sampai ia mendapatkan kelas yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat intelegensinya. Alternatif lainnya adalah menyerahkan anak tersebut ke lembaga pendidikan khusus untuk para anak berbakat.[9]









DAFTAR PUSTAKA
           
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar. Banjarmasin : Rineka Cipta
Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta : CV. Pustaka Setia..

Munandar, S. C. Utami. 1992. Mengembangkan bakat dan kreatifitas anak sekolah. Jakarta : Gramedia Widyasarana.

http://google.com


[1] Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), CV. Pustaka Setia, Jakarta, 2006, hlm.70.
[2] Ibid., hlm.71.
[3] Fatimah., Loc. cit.
[4] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Banjarmasin, 2000, hlm.­­___
[5] S. C. Utami Munandar, Mengembangkan bakat dan kreatifitas anak sekolah, Gramedia Widyasarana, Jakarta, 1992, hlm.21.
[6] Fatimah., Op. Cit., hlm.74.
[7] Fatimah., Op. cit., hlm.76.
[8] http://google.com
[9] Syaiful Bahri Djamarah, Op. cit.,hlm __.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

yuk comment....
^-^
komentar anda lebih berharga daripada isi blog saya

Total Tayangan Halaman

Entri Populer