http://inioke.com
Sabtu, 24 2011 | 07:39:00 WIB
Bentuknya seperti kura-kura bertuliskan lafadz Allah dan Muhammad. Permukaannya datar berwarna hitam Di sisi yang lain, terlihat berwarna seperti tembaga. Walau begitu, itu adalah batu. Disebut batu angkek-angkek karena sejak ditemukan, orang-orang selalu ingin mengangkat batu ini. Angkek dalam bahasa Minang berarti angkat. Jadi Batu Angkek-angkek adalah batu yang diangkat.
Batu Angkek-angkek merupakan obyek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri, terutama yang ingin mengetahui apakah suatu niatnya akan tercapai atau tidak. Jika niat itu tercapai maka batu dengan mudah bisa diangkat ke pangkuan, tapi sebaliknya jika tidak bakal tercapai maka batu akan terasa sangat berat dan tidak akan bergeser dari tempatnya.
Menurut fakta yang ada di bagian belakang batu tersebut tertulis dalam bahasa Arab kata Allah dan Muhammad. Para pengunjung sebelum mengangkat dan melafadzkan niatnya disarankan suci atau berwudhuk bagi yang beragama Islam.
Batu Angkek-angkek tak mudah diangkat/ Untuk mengangkat batu itu, ada ritual kecil dan adab-adab yang harus dilalui. Pertama, membacakan salam, kemudian bersimpuh menghadap batu dan membaca basmalah dan salawat Nabi tiga kali. Terakhir, kita membacakan niat, apa permintaan yang kita inginkan lalu meminta Tuhan mengabulkannya. Jika terkabul maka berikan pertanda dengan meringankan batu ini sehingga dapat terangkat.
Namun, ritual itu bukanlah syirik atau mempercayai zat selain Allah SWT. Batu ini hanya sebagai perantara dari Allah atas apa yang kita minta pada-Nya dikabulkan atau tidak.Batu Angkek-angkek terdapat Nagari Tanjung, Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar. Dari Kota Batusangkar, menempuh perjalanan sekitar 11 km. Batu ini terletak di rumah Datuak Bandaro Kayo, keturunan ke-7 yang menjaga Batu Angkek-angkek. Namun, sejak ia meninggal dunia, istrinya, Tati meneruskan menjaga batu ini. Batu ini diletakkan di rumah Batuak Bandaro Kayo, yang kini hanya ditinggali Tati dan kedua anaknya, masing-masing tengah kuliah dan duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Rumahnya mirip rumah adat Minang. Memiliki rangkiang di kedua sisi atapnya. Keseluruhan rumah terbuat dari kayu, kecuali tangga masuknya. Orang-orang yang ingin merasakan sendiri mengangkat batu ini langsung mendatangi rumah dan meminta izin pada si pemilik. Tak dipungut biaya tertentu untuk dapat merasakan mistisnya batu ini. Cukup memasukkan sejumlah uang yang kita rasa pantas ke dalam katidiang.
Konon ceritanya, batu itu pertama kali ditemukan oleh Datuak Bandaro Kayo saat akan memasang tiang rumah. DUlu, Datuk Bandaro Kayo kepala suku kaum Piliang bermimpi didatangi Syech Ahmad. Dalam mimpinya Syech Ahmad berpesan kepada Datuk Bandaro Kayo mendirikan perkampungan yang sekarang bernama Kampung Palangan.
Pada saat pemancangan tonggak pertama terjadi suatu keanehan. Tiba-tiba saja terjadi gempa lokal. Lalu disusul hujan panas selama 14 hari 14 malam. Terjadinya peristiwa itu, masyarakat lalu mengadakan musyawarah.
Saat musyawarah berlangsung, terdengar suara aneh berasal dari dalam lobang tempat pemancangan tiang tersebut. Suara tersebut mengatakan, kalau di dalam lobang tersebut terdapat batu bernama Batu Pandapatan. Suara itu juga berpesan agar batu itu dijaga baik-baik.
Sejak itu, batu tersebut dipercaya memiliki kemampuan gaib. Bisa 'melihat' lebih jauh ke masa depan, apakah keinginan atau cita-cita seseorang bisa tercapai atau tidak. Entah iya atau tidak, yang jelas cukup banyak pengunjung yang berdatangan ke tempat ini. Tidak hanya masyarakat sekitar, tapi juga wisatawan lokal dan nasional.
Mereka pada umumnya membawa sejuta tanda tanya dalam hati tentang cita-cita di masa depan. Bahkan, tidak jarang yang mencobanya berulang-ulang kali. Penasaran dalam hati kenapa sang batu tak bisa juga diangkat-angkat. (op/berbagai sumber)
Translate
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
yuk comment....
^-^
komentar anda lebih berharga daripada isi blog saya