pengunjung

free counters

Minggu, 22 Mei 2011

UI Helat Festival Budaya Bahari Wolio

Minggu, 22 Mei 2011 | 08:24:00 WIB

UI Helat Festival Budaya Bahari Wolio
UI Helat Festival Budaya Bahari Wolio:
HEMAN (Himpunan Mahasiswa Antropologi) FISIP UI bekerjasama dengan Pascasarjana Departemen Antropologi FISIP UI mengadakan Festival Budaya Bahari Wolio pada 19 Mei 2011, pukul 09.00 WIB hingga selesai, di Auditorium AJB FISIP UI. Festival ini dimeriahkan oleh penampilan dari seniman-seniman asli Buton dalam tari dan musik tradisional khas Wolio.

Seperti yang dilansir dari anakui.com, Festival Budaya Bahari Wolio ini diselenggarakan untuk menampilkan bagaimana Masyarakat Wolio (sekarang Buton), yaitu suatu masyarakat bahari yang berasal dari berbagai suku bangsa, namun mampu menjalin berbagai kesepakatan dalam membangun kebersamaan dan membentuk kebhinekaannya. Festival ini akan dihadiri oleh Walikota Baubau dan 43 Lurah dari kota Baubau.

Menurut Vishnu Juwono, kepala kantor komunikasi UI, festival budaya bahari Wolio diharapkan masyarakat Indonesia dapat berkaca dari masyarakat Wolio yang hidup berdampingan dalam kondisi masyarakat yang plural. Ia mengatakan festival tersebut merupakan langkah awal pembebasan dari tendensi semakin menjauhnya dari jati diri kebaharian bangsa ini.
Demikian yang dikutip dari Antara.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI, Bambang Shergi Laksmono, mengatakan dunia bahari adalah sisi bangsa yang harus digali kembali. Masyarakat Buton merupakan salah satu masyarakat bahari yang paling dinamis di Nusantara.

Bapak Walikota akan memberi pidato dalam salah satu rangkaian acara Festival Budaya Bahari Wolio yaitu dalam Seminar mengenai Ideologi Kebhinnekaan. Seminar tersebut juga akan dihadiri oleh Junus Satrio Atmodjo (Direktur Peninggalan Purbakala) perwakilan dari Kementrian Budaya dan Pariwisata RI yang akan menyampaikan keynote speech. 
Materi utama dalam seminar adalah pembahasan mengenai hasil penelitian akademisi Departemen Program Pascasarjana Antropologi FISIP UI yang akan disampaikan oleh Antropologis Tony Rudyansjah dan Hestu Prahara, ditambah dengan oleh seorang ahli naskah kuno M. Jadul, di mana ketiganya pernah berkesempatan melakukan penelitian secara langsung di pulau Buton. 

Lalu akan ada pula presentasi dari Pakar budaya Buton Laode Munafi dan Hasidin Sanif yang kemudian akan dilanjutkan dengan pemutaran film dokumenter berjudul Kanturuna Mohelana. Memeriahkan acara ini, akan ada penampilan dari seniman-seniman asli Buton dalam tari dan musik tradisional khas Wolio, serta pertunjukkan kolaborasi dengan pemusik kontemporer Jakarta dari komunitas musik Rhythm Salad. 

Dalam acara tersebut ditampilkan tarian "kalegoa" oleh kelompok tari Semerbak, tarian tersebut mengisahkan suka duka gadis-gadis Buton sewaktu dalam pingitan dengan spesifikasi berupa gerakan memakai sap tangan.

Sudah menjadi suatu tradisi sejak zaman lampau seorang gadis yang menjelang dewasa haruslah menjalani masa "Pingitan Posuo". Selama 8 (delapan) hari 8 (delapan) malam.

Posuo sebagai suatu arena tempaan adat bagi mereka yang diikat dengan aturan dan tata krama serta sopan santun yang ketat untuk meninggalkan masa kegadisan bebas dan gembira karena telah dewasa dalam tempaan serta siap menerima kenyataan hidup. Selain itu, juga ditampilkan tari Balumpa yang merupakan tari selamat datang dalam menyambut tamu agung.

Wolio adalah sebuah kecamatan di Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara. Wolio juga merupakan nama perkampungan yang dibangun oleh Mia Patamiana, empat tokoh pendiri Kota Bau-Bau. (opie, berbagai sumber)

Share on: Twitter | Facebook | Reddit | Digg | Bagikan  | akses http://m.inioke.com dari gadget mu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

yuk comment....
^-^
komentar anda lebih berharga daripada isi blog saya

Total Tayangan Halaman

Entri Populer