Diposting Oleh Eko Juniarto, Selasa, 03 Mei 2011 16.46 WIB
“
Bagaimana jika seorang ahli kimia mantan anggota tim peneliti yang pernah meraih Nobel, terpaksa bekerja menjadi guru kimia SMA sekaligus sebagai pencuci mobil, dan ternyata divonis menderita kanker paru-paru stadium IIIA?Panggilan Jesse ke Walt dengan “Mr. White” mengingatkan para penggemar Quentin Tarantino terhadap salah satu fimnya, “Reservoir Dogs”.”
Belum lagi ditambah istrinya sedang hamil, serta anak remajanya menderita kelumpuhan otak. Itu semua membuat Walter White, seorang guru kimia SMA, terpaksa mulai berpikir mencari cara agar keluarganya tetap sejahtera saat kanker merenggut nyawanya di masa depan.
Walter White (Bryan Cranston) sewaktu muda adalah seorang ahli kimia yang brilian, yang dengan timnya meraih penghargaan Nobel. Bersama sahabatnya Elliot Schwartz (Adam Godley), dia pernah punya ide mendirikan sebuah perusahaan farmasi bernama Gray Matter — yang diambil dari kombinasi nama mereka berdua (Schwartz artinya hitam sementara White putih).
Namun oleh sesuatu hal, Walt meninggalkan itu semua. Sehingga ketika Gray Matter sukses dan Elliot kaya raya, Walt akhirnya cuma menjadi seorang guru kimia SMA.
Menikah dengan Skyler White (Anna Gunn), Walt mempunyai anak bernama Walter White, Jr., yang menderita cerebral palsy (lumpuh otak) — kelainan syaraf sejak lahir yang menghambat perkembangan motorik dan kemampuan bicaranya. Walter White Jr. diperankan oleh RJ Mitte, yang dalam kehidupan nyata memang penderita lumpuh otak.
Walt jatuh pingsan sewaktu bekerja di tempat cuci mobil. Oleh dokter, dia didiagnosis menderita kanker paru-paru stadium IIIA yang karena sudah menyebar ke jaringan getah bening, sudah tak mungkin disembuhkan. Perawatan yang dilakukan hanya dapat memperpanjang umur Walt, tetapi memakan biaya hingga $ 90 ribu — dan tidak tercakup dalam asuransi kesehatan Walt.
Kalut akan pikiran dirinya sebentar lagi meninggalkan keluarga dalam keadaan tidak punya uang, Walt melihat kesempatan saat menonton berita di televisi tentang keberhasilan adik iparnya, Hank Schrader (Dean Norris) yang bekerja di DEA (Drug Enforcement Administration).
Mereka menggerebek sebuah meth lab, laboratorium ilegal yang menghasilkan methamphetamine, sebuah narkotik sintetis yang di Indonesia lebih dikenal dengan nama shabu-shabu.
Uang tunai yang disita dalam penggerebekan itu mencapai $ 700 ribu, jumlah yang sangat besar di mata Walt. Dia pun menerima ajakan Hank untuk ikut serta dalam operasi berikutnya. Selain mempelajari apa saja yang diperlukan untuk membuat shabu-shabu, Walt juga melihat Jesse Pinkman (Aaron Paul), mantan muridnya, melarikan diri dari rumah tetangga sebelah.
Dari sinilah kerja sama antara guru dan (mantan) murid itu bermula. Walt mengancam akan melaporkan Jesse ke polisi jika tidak mau bekerja sama menjual shabu-shabu buatan Walt. Menjalankan transaksi dengan sesama penjahat bukanlah hal yang mudah, namun kepandaian Walt dalam hal ilmu kimia membantunya dalam beraksi: shabu-shabu bikinannya berwarna bening, yang berarti kemurniannya di atas 91%.
Selain itu, Walt juga mampu membuat bahan peledak dari mercury fulminate, yang dia pergunakan untuk melakukan negosiasi. Dia juga bisa membuat thermite dari mainan anak-anak untuk menghancurkan kunci gudang penyimpan bahan dasar kimia pembuatan shabu-shabu.
Panggilan Jesse ke Walt dengan “Mr. White” mengingatkan para penggemar Quentin Tarantino terhadap salah satu fimnya, “Reservoir Dogs”. Pesan terselubung yang ingin disampaikan sepertinya mirip: crime doesn't pay. Karir kejahatan Walt tidak berlangsung mulus.
Dan tak hanya itu, kehidupan rumah tangga Walt pun bermasalah akibat dia sering menghilang dari rumah. Skyler, istrinya yang memang dominan, melihat perubahan sikap Walt dari yang tadinya suka mengalah kini lebih agresif.
Ini akibat adrenaline rush yang dialami Walt saat melanggar hukum. Sikap Walt yang berani melawan balik atas tindakan semena-mena orang lain memang membuat penonton bersimpati kepadanya — dan sulit menyalahkan Walt atas tindakan kriminal yang dia lakukan.
Di IMDB (Internet Movie Database), Breaking Bad yang pertama kali diputar di jaringan AMC tahun 2008 ini mendapatkan nilai sangat tinggi, 9.3. Sekarang serial ini memasuki musim ketiga.
Biaya pembuatan per episode kabarnya mencapai $ 3 juta dolar (termasuk sangat tinggi untuk pembuatan serial TV khusus kabel). Namun tampaknya biaya ini setara dengan kualitas serial yang akan berlanjut ke musim ke-4 ini. Serial TV ini sangat bagus, hanya saja jangan ditonton bersama anak di bawah umur, karena mengandung banyak adegan kekerasan.
Ngomong-ngomong, di Indonesia sudah banyak terdapat kasus yang melibatkan shabu-shabu — bahkan beberapa tahun yang lalu terungkap sebuah laboratorium penghasil shabu-shabu kelas industri di Cikande.
Lalu mengapa tidak ada yang pernah punya ide membuat sinetron tentang produksi shabu-shabu, seperti Breaking Bad?