pengunjung

free counters

Kamis, 28 Oktober 2010

cerpen islami

Izinkanku Melihat Surga

Hari ini adalah hari pertama Helen masuk ke sekolah setelah menjalani liburan selama satu minggu. Helen sangat senang sekaligus sedih karena ia dapat bersekolah kembali. Senangnya, karena ia sudah sangat merindukan bangku sekolah yang cukup lama ditinggalkannya. Sedihnya, ia harus meninggalkan desa Sukoijo tempat tinggal kakeknya. Ia tak rela berpisah dengan udara dan pesona pedesaan yang suci polusi,segar,dan begitu asri. Karena kecintaannya kepada desa kakeknya itu, Helen yang masih bau kencur sempat melontarkan keinginan untuk menjadi menteri lingkungan hidup. Bapaknya yang hanya seorang tukang gali kubur dan ibunya yang tukang cabut rumput keliling terpaksa tersenyum manis mendengar perkataan anak semata wayang mereka yang polos dan lugu itu sambil berdo’a agar cita-cita mulia itu didengar dan dimakbulkan oleh Tuhan. Amin.

”Bu..Helen pergi ya,assalamu’alaikum,”kata Helen sambil mencium tangan ibunya sebelum akhirnya dinaikkan ke sepeda kumbang kebanggaan bapaknya yang sudah stand by untuk nengantarnya ke sekolah.

”Baik-baik ya nak,”kata ibu Helen sembari membelai lembut rambut Helen dan mendo’akan semoga dua orang yang dicintainya itu selamat sampai tujuan. Di perjalanan ke sekolah, Helen membaca apa saja yang dilihatnya,rambu-rambu,spanduk,dan billboard. Bahkan bila ia ada waktu luang, ia pergi ke pasar untuk meminta koran bekas yang tidak laku terjual dari lopernya demi kegemarannya membaca. Itulah Helen, dia selalu bersahabat baik dengan alphabet.

Helen tiba di sekolah bersamaan dengan teman-temannya yang berasal dari kalangan elit. Realitanya, sepeda kumbang vs sedan avanza. Namun begitu, helen tak pernah merasa iri, ia tak pernah lupa menerapkan nasehat orang tuanya untuk selalu bersabar dalam keadaan apapun. Tanpa berlama-lama, Helen langsung mencium tangan bapaknya lalu berlari menuju kelas.

Kelas pertama Helen adalah kelas agama. Bu Khadijah At-Thahirah masuk ke dalam ruangan dengan segepok bahan ajaran.

”Selamat pagi anak-anak!”

”Selamat pagi Bu....k!” jawab anak-anak riuh rendah seperti akor paduan suara.

Buat anak-anak ibuk semua, ibu ucapkan selamat datang di kelas lima, semoga anak-anak ibu tambah rajin belajarnya, supaya bisa juara kelas dan membanggakan orang tua!”

Anak-anak bersemangat dan menggangguk serempak.

”Baiklah, sekarang pertama-tama ibu akan bercerita tentang surga, apakah anak-anak ibu mau mendengarkan?” tanya Bu Khadijah ramah.

”Mau bu...k!”

Ketika Bu Khadijah akan mulai bercerita , berbagai macam dan ragam pertanyaan menghantam jidat Bu Khadijah. Ada yang menanyakan surga itu apa,bagaimana bentuknya,dan dimana alamatnya. Bu Khadijah hanya tersenyum melihat anak didiknya aktif serta memiliki keingintahuan yang besar.

”Baiklah anak-anak, ibu akan menjelaskan satu persatu. Simak baik-baik!”

Anak-anak mulai memasang tampang serius.

”Surga adalah tempat yang disediakan Allah bagi orang-orang yang selalu berbuat baik selama hidupnya. Surga tidak hanya terdiri dari satu tingkatan, tapi delapan tingkatan. Pertama, surga Firdaus,lalu ’Adn,Na’im, Nawa, Darussalam, Darul Muaqaamah, Al-Muqqamul Amin, dan terakhir surga Khuldi. Surga merupakan bangunan yang paling indah yang disupervisi langsung oleh Allah dalam pengarsitekturannya, berbeda dengan keajaiban-keajaiban dunia seperti Candi Borobudur, Colloseum,Tajmahal,dan Menara Eifel yang dilatarbelakangi oleh manusia, karena segalanya telah diatur oleh Allah Sang Pencipta. Di surga, terdapat banyak kemudahan yang diberikan Allah, jika di dunia,buah-buahan itu akarnya di bawah dan buahnya di atas, maka di surga,akar tumbuhan di buat ke atas dan buahnya di bawah sehingga memudahkan kita mengambilnya, jadi anak-anak ibuk tidak perlu susah lagi memanjat atau memakai galah untuk menjangkaunya. Nah..anak-anak ibu semua harus berjanji selalu berbuat baik kepada sesama muslim atau non muslim dan kepada orang tua supaya setelah meninggal dunia, Allah akan memasukkan kita ke dalam surga. Ayo siapa yang mau masuk surga...?”

Murid-murid mengacungkan tangan antusias.

”Bagus..tapi syaratnya anak-anak ibu harus selalu berbuat baik ya!”

”Iya bu..k!”

Bersamaan dengan itu, bel istirahat berbunyi. Seluruh murid berhamburan keluar kelas terkecuali Helen.

Ini sudah biasa dilakukannya karena ia membawa bekal buatannya sendiri disamping tidak mendapat uang saku dari bapaknya disebabkan keuangan keluarga yang kian hari kian menipis. Helen tak banyak bicara dan bisa memakluminya, ia tak terlalu menuntut lebih dari orang tuanya.

”Sudah syukur bapak dan ibu mau menyekolahkanku,” gumamnya dalam hati.

Setelah melumat habis bekalnya, Helen lalu keluar kelas dan duduk di bangku taman sekolahnya. Dia menatap awan yang bergerak perlahan membentuk kaligrafi Allah dengan background langit biru. Menakjubkan.

”Subhanallah..,” ucapnya spontan.

”Uwa...hk..hk..hk..!”

Helen memutar kepalanya seratus delapan puluh derajat mencari asal suara. Seorang murid kelas satu terjatuh dan lututnya terluka.

”Kata Bu Khadijah...kalau kita berbuat baik, balasannya surga. Aku harus menolong adik ini. Siapa tahu ini adalah salah satu jalan bagiku untuk bisa ke surga, ” Helen menerawang.

”Ayo dik..cup,cup,cup..jangan menangis lagi, nanti lukanya tambah sakit lho, ayo kakak obati di UKS.”

”Hk..hk..hk..!”

”Jangan kak..saki..t!” tolak si adik kelas ketika Helen mau mengoleskan obat merah.

”Tidak kok, obat merah ini gunanya supaya lukanya tidak bertambah parah. Kakak jamin setelah ini pasti lukanya sembuh.”

Lalu Helen membalut luka si adik kelas dengan plester.

”Nah...sudah selesai.., tidak sakit kan!?” Helen meyakinkan.

”Lain kali....adik namanya siapa?”

”Alin kak..!”

”Iya Alin.., lain kali Alin harus hati-hati ya kalau jalan, untung lukanya cepat diobati!” nasehat Helen sambil memegang pundak Alin.

Alin mengucapkan terima kasih sembari berlalu dari hadapan Helen. Dalam nuraninya yang terdalam, Helen merasa sangat bahagia karena dapat meringankan beban orang lain.

”Ya Allah..,aku ingin sekali ke surga. Kabulkanlah Ya Allah!”

Sejak Bu Khadijah mengungkap tentang surga, terjadi keanehan pada diri Helen. Setiap saat dia isi dengan shalat sunat yang dipelajarinya secara otodidak dari buku tuntunan shalat disamping mengerjakan shalat fardhu. Dzikirnya yang biasanya hanya lima menit berubah menjadi satu jam bahkan pernah menginjak dua jam. Satu yang selalu ada dan tidak pernah ketinggalan dalam do’anya, dia ingin sekali melihat surga dan menetap di dalamnya. Diam-diam ibunya pun acap kali memperhatikan serta memantau perubahan yang terjadi pada Helen.

Suatu ketika, Helen berujar bahwa cita-citanya bukan lagi menjadi menteri kehutanan, tapi dengan mantap dia mengatakan:”Aku ingin ke surga,Bu,Pak!”

Tak terasa air mata sang ibu menetes lalu dirangkulnya Helen,bapaknya juga tak bisa menahankan air matanya, beliau membelai lembut rambut Helen.

”Bapak sama ibu kenapa menangis??”

Kedua orang tua Helen itu tak sanggup mengeluarkan sepatah katapun. Mereka telah hanyut dalam suasana ketakutan akan kehilangan yang pekat.

”Ayo bu...katanya kita mau pergi ke pasar,ayo bu..!” akhirnya Helen memecah kesunyian. Dia menarik-narik tangan ibunya.

Ibu Helen memandangi anaknya,”Anak ini..Ya Allah,keistimewaan apa yang Kau berikan kepada anakku ini.” setitik air mata kembali jatuh dari pelupuk matanya tapi kemudian beliau langsung menghapusnya karena tak ingin membuat Helen cemas.

”Ayo!” jawab ibu Helen seolah tegar.

Helen menyambut tangan ibunya dengan ceria.

Di tengah perjalanan, Helen masih sempat menyela,”Nanti kalau Helen sudah ke surga, ibu jangan sedih ya.” Ibu Helen tak menjawab. Beliau berusaha membuang jauh keperihan dalam hatinya dengan mengangguk pilu memahami situasi dan kondisi.

Esok harinya,Helen berangkat ke sekolah dengan sesuatu yang berbeda. Dia lebih riang dari biasanya. Wajahnya bersinar seperti calon penghuni surga Firdaus. Sepanjang jalan menuju kelas, ia tak henti-hentinya mengagungkan asma Allah. Dia semakin rajin berkonsultasi dan tanya jawab mengenai surga dengan Bu Khadijah. Ia kurang puas dengan penjelasan Bu Khadijah kemaren. Dia ingin mengetahui lebih banyak.

Bel pelajaran pertama berbunyi,anak-anak langsung merapikan duduknya ketika Pak Fahmi guru bahasa arag menjelang. Seluruh murid sudah menduduki bangkunya masing-masing,terkeculi Helen. Dia belum menempati tempat duduknya,hanya tasnya yang tersandar rapi tergeletak begitu saja tanpa pemilik.

Mulanya...warga kelas menduga kalau helen masih di kamar kecil atau ada urusan lain.Namun setelah dua jam berlalu Helen tak juga menampakkan batang hidungnya. Kawasan sekolah mulai heboh seperti kebobolan tanggul situ gintung. Kabar hilangnya Helen telah merambat ke seantero sekolah. Dari kepsek,guru-guru,tata usaha sampai penjaga sekolah panik dan berusaha mencari Helen ke setiap penjuru sekolah.

”Pak bu...k Helennya disini..!” teriak penjaga sekolah yang berhasil menemukan Helen terkapar di ruang shalat dengan mengenakan mukena.

Semua orang berdatangan ke tempat si penjaga sekolah. Mereka serempak kaget melihat Helen sudah tidak berdaya. Si penjaga sekolah yang mungkin pernah belajar P3K langsung beraksi. Dia mendekatkan dua jarinya ke hidung Helen. Dia terkesiap,darahnya bergejolak.

”Ada apa Mang?” kepsek yang sedari tadi heran lalu bertanya.

”No..non Helen sudah tidak bernapas lagi buk!”

Segenap lapisan serentak tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Seisi sekolah dirundung hujan duka. Innalillaahi wainnailaihi raaji’uun bergema dimana-mana . sang siswi teladan telah berpulang ke Rahmatullah dalam keadaan husul khatimah. Akhirnya, jenazah Helen diantarkan oleh pihak sekolah ke kediaman orang tuanya.

Semula,orang tua Helen agak terkejut karena pejabat sekolah datang dengan peti jenazah. Tapi, setelah mereka menyaksikan kenyataan berbicara bahwa seseorang yang ada di dalam peti itu adalah buah hati mereka, Helen. Mereka tak kuasa menahan tangis duka campur bahagia. Namun, mereka berusaha meyakinkan diri bahwa milik Allah akan kembali kepadaNya.

Singkat cerita, jenazah Helen disemayamkan di tengah rumah dikelilingi orang-orang yang mencintainya. Beberapa orang membacakan Yasin berjamaah, ada juga yang menangis tetes demi tetes.

Kedua orang tua Helen tampak bahagia dalam kesedihannya, karena anaknya, Helen mampu mewujudkan citanya untuk bisa ke surga.

”Uhuk!”

Jantung para pelawat hampir saja copot karena tiba-tiba jenazah menunjukkan tanda-tanda kehidupan lagi. Bapak dan ibu Helen bereaksi cepat menghampiri anak mereka.

”Helen!”

”Bapak..ibu..!” seru Helen lemah.

Semua pelawat bersyukur karena ditunjukkan Allah keajaiban mati suri.

”Pak..buk..tadi Helen mampir ke surga, indah sekali, banyak bidadarinya, benar kata Bu Khadijah, surga itu lebih menyenangkan daripada disini. Yang lebih indahnya lagi, dibawah surga ada sungai yang mengalir, airnya jernih pak..buk. Helen ingin sekali kita tinggal disana, pasti kita akan bahagia,” Helen tersenyum natural dengan expresi datar.

Bapak dan ibunya meneteskan air matanya sambil mengelus kening Helen. Tak lupa Helen meminta ma’af serta mengucapkan salam perpisahan kepada teman sekolahnya, kepsek, tata usaha, guru-guru, penjaga sekolah, hingga tukang bakso gerobak yang sering dibantunya melayani pembeli yang bejibun.

”Pak,buk..Helen pergi ya..!” senyumnya di kali terakhir.

Helen kemudian mentalqinkan kalimat tahlil dan tak butuh waktu bermenit-menit, malaikat telah mengangkut rohnya ke langit. Kini Helen telah benar-benar mmenghadap Illahi. Dari semua pelayat, bapak dan ibu Helen kelihatan paling tegar walau seharusnya mereka yang paling berduka dibanding yang lain. Tapi, yang lebih berbahagia adalah Helen karena Tuhan telah mengabulkan pintanya untuk ke surga.

Para pecinta Helen menatap nisan bertulis Helen Binti Abbas itu lekat-lekat, mereka sadar bahwa suatu saat nanti mereka akan menyusul Helen ke alam baqa. Satu-persatu pelayat melangkah pergi, namun bapak dan ibu Helen masih membisu di samping peristirahatan anaknya.

Bapak Helen memegang bahu istrinya.

”Sudahlah buk,toh Helen sudah bahagia disana..!”

Ibu Helen lalu beranjak pergi setelah ia melapangkan sanubarinya dengan mencium nisan putih yang berharga itu.

”Selamat tinggal nak..,semoga kamu benar-benar mendapatkan surga yang kamu impi-impikan!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

yuk comment....
^-^
komentar anda lebih berharga daripada isi blog saya

Total Tayangan Halaman

Entri Populer